Jumat, 05 Maret 2010

Penelitian Itu Menyenangkan

Walaupun tidak dalam ranah lingkungan seperti harapan awal, Alhamdulillah penelitian saya masih dalam lingkup Teknologi Industri Pertanian. Hengkang dari ranah lingkungan, saya beralih ke ranah proses. Mengerjakan proyek Dr. Ir. Ika Amalia Kartika, MT, yang sekaligus pembimbing II saya, dan dibantu oleh Kak Ipeh (TIN 41) tentang “Optimasi Proses Produksi Biodiesel Melalui Transesterifikasi In Situ Biji Jarak (Jatropha curcas L.) Pada Berbagai Kondisi Operasi”. Awalnya, mendengar judulnya saja sudah keder duluan, tapi Alhamdulillah setelah beberapa minggu Training dibawah pengawasan Kak Ipeh, akhirnya jadi terbiasa. Lakukan saja urutannya dengan tepat dan runut, maka biodiesel akan terbentuk. Hehehe…

Penelitian itu menyenangkan. Bukan sekedar untuk meraih kelulusan. Lebih dari itu semua, kita bisa banyak belajar dan mengambil hikmah. Banyak yang bisa dipelajari dalam penelitian saya. Kalau belajar tentang minyak-lemak, biodiesel, jarak pagar, transesterifikasi, itu mah sudah pasti dan pasti sudah dapat diraba. Tapi ada sisi pembelajaran yang lain, yang tidak semua orang bisa melihatnya, yang ketika saya pikir-pikir lagi, ternyata agak lucu dan bener juga…

Apakah itu???

Belajar jadi ibu rumah tangga yang baik. Kok bisa?. Bisa dunk…kalau kata Sherina, ”Lihat s’galanya lebih dekat dan kau akan mengerti”. Jadi seperti ini ceritanya:

1. Belajar memasak dan mengatur timing yang pas agar masakan nanti tidak gosong dan menghasilkan masakan yang tidak mengecewakan.

Ibarat kata ‘masakan’ adalah biodiesel yang ingin saya buat. Dalam penelitian saya, sebelum mulai ‘memasak’, saya harus menyiapkan bahan-bahan masakan meliputi : methanol 600 ml, KOH 2.52 gram, biji jarak 100 gram, dan heksan 100 ml. Saya juga harus dengan tepat mengukurnya, tepat menyiapkan peralatannya, tepat urutan pengerjaannya, dan tepat timing-nya. Saya harus terlebih adahulu menyiapkan pendingin tegak, kemudian menyiapkan labu leher tiga, mengoleskan vaselin di sambungannya dengan pendingin (agar tidak susah dibuka nantinya, bayangkan kalau ini terlupakan…bisa-bisa pecah tuh si labu leher tiga). Methanol dan KOH harus terlebih dahulu direaksikan sebelum biji jarak dimasukkan. Selama menunggu reaksi, biji jarak dihaluskan terlebih dahulu sebesar 35 mesh. Timing berperan di sini. Setelah biji halus, sedikit demi sedikit biji dicampurkan dalam larutan methanol-KOH. Setelah itu baru heksan dimasukkan. Pemanas baru dinyalakan ketika semua bahan sudah masuk. Waktu proses dihitung sampai suhu tertentu (sesuai perlakuan) telah tercapai. Menunggu masakan masak dan mengeceknya agar tidak ‘gosong’ alias kondisinya haarus tetap sesuai perlakuan (kecepatan pengaduk, suhu, dan waktu ‘pemasakan’).

2. Harus telaten, memperhatikan detail dari semua proses dan kejadian

Telaten di sini, saya harus bener-bener menjaga kondisi proses. Membenarkan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (missal : pengaduk tiba-tiba macet (sering berhenti tiba-tiba tau’!!!), suhu tidak terkendali, mengawasi es pada pendingin jangan sampai habis), mengoleskan vaselin pada tiap-tiap sambungan, dan menutup semua lubang (dengan alumunium foil) yang bisa membuat si methanol dan heksan lolos.

3. Merawat anak yang sedang sakit

Lho kok bisa???. Hehehe…jadi ketika suhu sudah mulai tak terkendali, si labu leher tiga harus dikompres dengan air dingin agar suhunya turun. Ketika proses sudah selesai, dan agar biodiesel bisa cepat disaring (pemurnian), kita perlu juga mengompresnya agar suhu turun dan segera bisa disaring. Mirip merawat anak yang lagi demam kan??^^v. anak yang sakit juga harus selalu diawasi, demikian pula proses transesterifikasi. Setiap periode waktu tertentu saya harus mengecek dan memastikan semua berjalan lancar. ‘Biodiesel si Anak Semata Wayang’ saya harus saya pastikan tumbuh dengan sempurna. Bagaimana???bukankah saya seorang ibu yang baik???whahaha…

4. Mencuci piring dengan bersih dan penanganan sampah yang terbentuk

Mencuci peralatan penelitian tidak jauh beda dengan mencuci piring bukan?. Semuanya harus bersih dan wangi bebas dari minyak dan lemak. Ada beberapa alat yang malah tidak boleh dicuci dengan sabun. Ada juga peralatan yang harus dicuci berturut-turut dengan sabun, heksan, lalu alcohol. Hmmm…pekerjaan ibu rumah tangga memang repot ya??, kalo kata oran Jepang:”Taihen desu ne!”. Ampas (di ibaratkan sampah dapur biodiesel) hasil penyaringan harus ditangani dengan benar. Pertama harus dikering anginkan selama 1 malam, lalu dianalisa kadar air dan kadar minyaknya. Jadi tidak boleh main asal buang saja.

5. Pengawasan mutu terhadap ‘makanan’ (Cieeeelaaaahhh…)

Poin ini maksudnya biodiesel yang sudah terbentuk harus diuji kualitasnya. Meliputi bilangan asam, bilangan penyabunan, viskositas, sedimen dan air ynag terbentuk. Dengan demikian akan ketauan mana biodiesel yang berkualitas dan dari proses yang kaya apa dia terbentuk. Jangan sampai memberi makanan beracun pada keluarga jeung!!!

6. Belajar pembukuan (mencatat pengeluaran dan pemasukan dengan baik)

Semua hasil uji, jumlah bahan yang dipakai, jumlah bon ke Pa Gun (hehehe) harus tercatat dengan baik dan rapi. Sehingga suatu saat ketika si Bos (Dr. Ika) memeriksa, kita bisa dengan bangga menunjukkan catatan ‘pembukuan’ yang rapi. Bukankah ini bisa jadi pembelajaran untuk mencatat keuangan kita nanti (ketika sudah berumah tangga, cieeelaaahhh…) sehingga dengan bangga bisa kita tunjukkan kepada suami bahwa kita telah mengelola keuangan dengan baik. Dan suami tentu akan memuji : “Istriku pintar ya…walaupun bulan ini banyak belanja baju”. Wkwkwkwk…

7. Berlatih bersabar

Ini merupakan poin terpenting yang lain. Harus sabar intinya. Penelitian transesterifikasi ini cukup banyak menunggu. Harus menunggu dengan sabar. Jugaaa…harus sabar mengulang jika ternyata hasil sampel kita aneh (hiksss…). Walaupun sudah sesuai aturan, tapi terkadang ada sesuatu yang benar-benar di luar kendali kita. Jadi kita harus sabar dan banyak berdoa.

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu…

Nah sobat…jadi bagian mana dari penelitianku yang tidak menyenangkan???. Asal kita bisa menikmati proses dan menjaga niat baja kita, semuanya akan terlampaui dengan baik dan menyenangkan. “Anata wa Dou???”, “Bagaimana dengan penelitianmu???”. Pasti lebih menyenangkan bukan?. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Ada banyak keuntungan untuk masa depan kita nanti. Mari saling me-Motivasi, saling menguatkan, saling mengingatkan, dan saling mem-Bantu, juga men-Doakan. Semoga penelitian kita semua bisa lancar. Amin.

Special untuk TIN 43: “Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, Cuma tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yang seribu kali lebih tebal dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo’a (5 cm, Donny Dhirgantara)”

3 komentar:

Siska Widi Utami mengatakan...

tes-tes...
sugoi!!!

dEe mengatakan...

sugoi!!^^

nensi,,ak belum merasakannya..

Anonim mengatakan...

buset dah..dimasakin biodiesel..
mending pop ice deh sis,hehe..peace..

btw kl bs k jpang..jgn lupa helo helo ya.. :p