Jumat, 29 Januari 2010

FIGHTOOO!!!!


"Fightoooo..."
"Ohhhhh!!!!!"
semangat PENELITIAN!!!!
SEGERA LULUS!!!!

Semangat pertarungan a la The Gokusen.
copy paste sisi positif tokoh-tokoh utamanya :
1. Yankumi (Yamaguchi Kumiko) : pantang menyerah, banyak ide, fight sampai akhir, ga ada kata putus asa!!!
2. Sawada Shin : perhatian, teliti, peduli, cerdas, melihat segalanya dari berbagai sisi.
3. Uchiyama Haruhiko : sayang ortu (penting niy...), setia kawan, peduli.
4. Minami : ga suka ngerepotin orang, suka membantu.
5. Kumaii Teruo : banyak makan (kalo ga banyak makan, mana ada energi untuk bersemangat melakukan penelitian???, yeahh...makan seperlunya.), tau balas budi, penyayang.

copy paste sisi positif Keluarga Oedo (Yakuza 'mafia') di Jepang. mereka sangat menghormati yang tua, menyayangi yang muda, patuh, setia kawan, saling melindungi, dan saling mendukung.

AYOOOO BERSAMA SALING MENYEMANGATI !!!
so...kita bisa bertarung dalam penelitian, lulus, dan wisuda bareng...

SUKSES BUAT TIN 43.

Sabtu, 02 Januari 2010

FATWA PUJANGGA

masih ingat adegan Arai menyanyikan lagu di depan jendela kamar Zakiah Nurmala dalam film Sang Pemimpi???, nah...teman, bagi kalian yang sama penasarannya denganku, judul lagu itu adalah Fatwa Pujangga. Lagu melayu tulen yang liriknya sebagai berikut:

T'lah kuterima suratmu nan lalu
Penuh sanjungan kata merayu
Syair dan pantun tersusun indah, sayang
Bagaikan madah fatwa pujangga
Kan kusimpan suratmu nan itu
Bak pusaka yang amat bermutu
Walau kita tak lagi bersua, sayang
Cukup sudah cintamu setia
( korus )
Tapi sayang sayang sayang
Seribu kali sayang
Ke manakah risalahku
Nak kualamatkan
Terimalah jawapanku ini
Hanyalah doa restu Ilahi
Moga lah Bang/Dik kau tak putus asa, sayang
Pasti kelak kita kan bersua.

lagu yang syahdu dan mendayu-dayu!!!
siska likes this!!!

Surabaya-Jakarta dengan GayaBaru

Kali ini aku memilih KA jalur selatan untuk kembali ke Bogor. Selain untuk menghindari ramai penumpang di jalur utara, juga karena ingin mencoba jalur selatan yang walaupun lebih jauh dan lebih lama, tapi pemandangannya lebih menawan. Bersama Via (MSP 43), kami meniti rel sepanjang jalur selatan.

Surabaya : biasa saja, tepat pukul 14.45 KA Gaya Baru berangkat dari stasiun Surabaya Kota. KA dipenuhi dengan orang Madura yang hendak kembali ke Jakarta. Celotehan dengan suara yang sangat keras adalah cirri khas percakapan orang Madura. Aku sama sekali tidak memahami apa yang mereka perbincangkan. Tapi orang Madura 98% bisa mengerti apa yang kami ucapkan dalam bahasa Jawa-Suroboyoan. Tidak berbeda dengan Jakarta, kereta melewati rel-rel di wilayah yang padat perumahan. Kiri-kanan adalah tembok belakang rumah orang. Sumpek. Hujan turun deras di awal perjalanan kami. Tidak ada pilihan lain bagiku selain tidur. Tidak tampak pemandangan apapun di luar sana. Air begitu deras bagai tercurah dari ember raksasa yang ada di langit. Daripada melihat semrawutnya kereta ekonomi ini, mending tidur, sampai hujan berhenti. Hehehe….

Mojokerto : aku terbangun saat merasakan KA berhenti. Stasiun Mojokerto. Wooow…cepet banget apa aku yang memang kelamaan tidurnya???. Memasuki wilayah Mojokerto, warna yang mendominasi adalah Hijau. Sawah dengan padi-padinya yang baru ditanam terhampar sedemikian luasnya. Burung-burung berwarna Putih –kami menyebutnya Blekok- terbang berhamburan ketika KA melewati persawahan dimana mereka hinggap merusak tanaman padi-padi yang baru ditanam itu. Beratus-ratus burung berwarna putih bersih itu melayang di atas hamparan padi yang hijau. Sayangnya tidak ada kesempatan untuk menjepretkan kamera hape ke arah pemandangan menawana itu. Aku hanya bengong menikmati pemandangan dan baru ngeh ketika kereta mulai berjalan menjauh. “Kenapa tadi tidak difoto??!!!”, menyesal mode : on.

Jombang : melewati Jombang, hal pertama yang teringat adalah di kota ini K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) baru saja dimakamkan. Geografi Jombang tidak jauh berbeda dengan Mojokerto. Selain sawah dengan padinya yang hijau, di Jombang juga terdapat banyak tanaman tebu. Banyak pabrik gula di Jombang. Bahkan di sini ada satu pesantren yang namanya Tebuireng. Pesantren tempat kelahiran Gus Dur. Sampai di stasiun Jombang, aku teringat liburan beberapa bulan lalu. Aku sempat naik Gaya Baru dari Jakarta dan turun di stasiun Jombang. Ini karena Gaya Baru tidak melewati Lamongan, dan yang paling dekat serta mudah transportasinya adalah Jombang. Jadilah kami turun di stasiun ini. Tidak tanggung-tanggung, aku dan teman-teman dari Lamongan tiba di stasiun ini jam 03.00 dini hari. Nongkrong di musholah sambil nunggu subuh, karena tidak ada bus menuju Lamongan yang berangkat sebelum jam 04.00 dini hari.

Kertosono : suasana pedesaan yang kental menghiasi sepanjang jalur selatan di Kertosono. Rumah-rumah dengan halaman yang luas adalah ciri utamanya. Rumah-rumah yang walaupun sederhana tetapi tam,pak begitu megah dengan pagar yang mengitari pekarangan luas mereka. Di dalam pekarangan terdapat banyak pohon-pohon besar seperti mangga atau jambu. Masing-masing rumah memiliki pekarangan masing-masing. Anak-anak pasti leluasa bermain di pekarangan luas yang sejuk dinaungi pohon-pohon itu. Lega dan tidak sumpek seperti Surabaya, Jakarta, atau Bogor. Suasana masih hijau dan sejuk sekali. Desa-desa yang terlewati dan menjauh dari kereta tampak bagai kumpulan-kumpulan rumpun bambu.

Nganjuk : suasana tidak jauh berbeda dengan Kertosono. Hijau.

Madiun : semakin bergeser ke arah Madiun, hijau padi mulai digantikan dengan kuningnya daun pohon jati. Ini menandakan bahwa kau telah meninggalkan Nganjuk. Selamat datang di Kota Madiun. Sebuah gapura besar tampak dari kejauhan. Tulisan Selamat Datang yang besar-besar di atasnya masih jelas terlihat. Hamparan padi digantikan oleh pohon-pohon jati yang tinggi menjulang dan terkesan gersang. Tapi pemandangan ini tidak seberapa gersang jika dibandingkan dengan suasana hutan jati ketika musim kemarau. Benar-benar panas dan gersang (pantas saja jika di Madiun sering terjadi kebakaran lahan hutan jati). Gersang dan keringnya hutan jati masih diimbangi oleh pepohonan lainnya yang menghijau karena hujan.

TIDOERRRRRRRRRRRR….zzzzzz….

Yogyakarta : sekitar jam 21.30 kereta sampai di stasiun Lempuyangan Jogja. Aku memilih membuka mata saat kereta melewati dan menawarkan keindahan suasana Jogja dengan lampu-lampunya di malam hari. Jogja selalu menjadi kota favoritku, setelah Lamongan tentunya. Sebuah kota yang penuh inspirasi dan kenangan. Love Jogja Forever.

TIDOERRRRRRRRRRRRR LAGEEEEEE….zzzzzz….

Cirebon : 03.20 pagi

Cikampek : TIDAK SUKA dengan suasana stasiun di Jawa Barat, terutama yang dilewati kereta Ekonomi, okeh sedikit bocoran : pengamen wanita dengan goyang dangdut dan mulut yang tidak sopan, semprotan pewangi dan penyapu yang tidak diminta, yang kemudian dengan indahnya dia minta duit ke kita, dimana kalo gak dikasih dia bakal ngedumel gak karuan…gak Meaning banget. Tidak bisa disalahkan karena mereka mencari suap-suap nasi, tapi cara mereka juga sangat mengganggu. Aku memilih tidak mau banyak menceritakan karena ini membuatku SANGAT-SANGAT BT!!!!.

Jakarta Kota : Beli tiket Pakuan Ekspress 08.10, and back to Bogor.